Mt.ANDONG 1726 mdpl - 10 Maret 2015
Central Java
Persahabatan yang akan terus terkenang meskipun kita berada di tanah yang berbeda, tetapi kita tetap di bawah langit yang sama. melakukan perjalanan bersama kalian melewati dua Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Satu hal yang perlu kita catat apabila melakukan sebuah perjalanan
ataupun petualangan di alam liar “kita tidak boleh sombong, merasa sudah banyak
pengalaman sehingga melupakan standar keamanan personal”, alam mempunyai
kekuatan dan karakternya tersendiri, dan dari suatu alam dengan alam lain
mempunyai perbedaan sendiri-sendiri walaupun sama-sama alam liar atau
hutan. Dalam mendaki sebuah gunung kita
bisa sampai ke puncak bukan berarti kita “sudah menaklukannya, karena saya
yakin tidak ada satu alam pun yang bisa ditaklukan oleh seorang manusia”
melainkan itu semua karena izin dan karunia sang pencipta, namun karena saking
angkuhnya sifat manusia, sehingga jarang sekali pendaki yang menyadari hal
tersebut.
Awal rencana hanya kita berempat yang akan mendaki Gunung Andong. Himawan, Grefi, Daniar dan aku. Kita tidak memilih weekend, karena sudah pasti ramai dan banyak yang ngecamp di puncak. Kita memutuskan hari selasa 10 Maret 2015 kita berangkat. Semula kita berangkat habis subuh, biasalah pasti mundur karena berbagai macam alasan. Ternyata kita tidak hanya berempat, ada Popi, Moza, Sanjaya dan Farid yang ikut bergabung. delapan orang akan mendaki Gunung Andong 1726 mdpl. dan aku cewek sendiri di tengah rombongan ini. tidak apa-apa, aku selalu bakoh tidak tertandingi.
kita saling menjaga, melindungi, menolong. kita harus bisa mencapai puncak berdelapan. kita akan melewati keindahan pemandangan ini bersama. kita akan berbagi susah maupun senang. pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. menjadi cerita di kemudian hari ketika kita duduk bersama keluarga tercinta sambil meminum secangkir teh. kekompakan dan kelengkapan dalam sebuah tim sangat di perlukan untuk bisa mencapai puncak. satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
awal perjalanan langsung mendaki saja, dari tangga satu ke tangga yang lain. pijakan batu satu ke pijakan batu satunya. menginjak tanah satu ke tanah satu nya. keringat menetes satu demi satu. hawa dingin sudah tidak terasa. satu anggota kelelahan , kita semua akan berhenti, beristirahat. setapak demi setapak. jantung mulai bekerja keras. nafas mulai terengah-engah. tapi kita harus tetap semangat dan berjuang, berusaha mencapai puncak.
Bagi saya mendaki gunung bukan semata-mata
perjalanan fisik saja melainkan perjalanan mental dan spiritual juga, mendaki gunung tidak
hanya membutuhkan fisik tapi juga membutuhkan otak dan mental, tujuan mendaki
gunung bukan hanya mencapai puncaknya saja, kebersamaan, saling berbagi, saling
menjaga, saling menguatkan, dan saling mendukung merupakan bagian dari tujuan
mendaki gunung, kita naik gunung adalah untuk turun gunung kembali karena naik
gunung tidak sama dengan naik haji, yang tak pernah turun “tak ada pribahasa
atau kata-kata turun haji”, mendaki gunung adalah untuk menikmati keindahannya,
bukan untuk mengotorinya dengan sampah yang kita bawa, orang yang mengotori
gunung dengan sampah maka hidupnya tidak lebih baik dari sampah, mendaki gunung
adalah sebuah miniatur kehidupan kita dalam menuju cita-cita dan menggapai
impian kita, dalam sebuah perjalanan mendaki gunung pastilah ada yang namnya
halangan , rintangan, krikil, godaan, patah semangat, terjatuh, bangkit lagi,
terjatuh lagi (walaupun tak semuanya), namun tekad yang kuat akan tetap
mengokohkan semangat kita, semakin sulit kita menggapai suatu puncak, maka
semakin indah pula yang dapat kita lihat dan kita rasakan dari puncak.
Terima kasih Himawan, Mas Grefi, Sanjaya, Poppy, Farid, Moza, dan Mas Dar. terima kasih kalian sudah membawaku ke puncak Andong. Kapan kita akan mendaki puncak yang lain??
sa