Selasa, 09 Desember 2014

saya hanya mengabadikan seklumit tulisan mbah kung yang saya temukan di tumpukan buku di sebuah rak yang sudah berdebu..



MARS PSM

PSM NAMA PENDIDIKAN KITA
PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN
BERJUANG MEMBELA AGAMA TUHAN
AGAMA ISLAM MULYA

REFF
MARILAH KITA SEMUANYA
BERILMU DAN BERAMAL JUGA
BERTAQWA SERTA MEMPERTAHANKAN NAMA PSM KITA


SEJARAH MI BANARAN
OLEH : K.H. CHOLIL BASOR


Pembaca yang budiman sejarah ini saya tulis menurut ingatan yang saya alami, karena itu bila ada kekurangan dan simpang siurnya cerita saya selaku manusia biasa hanya mengucapkan mohon maaf. Tiada gading yang tak retak.

Konon pada abad 18 M di Jawa Tengah ada pertempuran Belanda melawan Pangeran Diponegoro. Pada waktu itu Diponegoro tertangkap dan dibuang di Makassar. Beliau wafat dan dimakamkan di Makasssar. Para pengikut Diponegoro yang tertinggal sebagian hijrah ke Jawa Timur, diantaranya K.Nantang Yuda, Ki Ageng Rendeng, K. Hasan Ulama. Keduanya gugur kecuali K.Hasan Ulama.

K.Hasan Ulama menetap di Takeran menempati tanah rawa kosong yang luasnya kurang lebih dua 20 hektar. dibangun Pondok dan Masjid yang sederhana dinamakan pondok Ngloroq mengajarkan THORIQOT SATARIYAH. Makin lama muridnya makin banyak. K.Hasan Ulama wafat yang meninggalkan 2 putra dan 4 putri. Pimpinan pondok diteruskan putra yang ke 2 yaitu K.Imam Muttaqien. Pondok dan sarana lainya dikembangkan lebih modern. Setiap hari tiada hentinya memperbaharui. Setelah agak cukup pembangunannya beliau naik haji untuk menambah ilmunya selama satu tahun di Mekkah.

Di Pondok meneruskan perjuangan ayahnya yang mengajarkan THORIQOT SATARIYAH dan ilmu yang baru di dapat dari Mekkah. Padasuatu hari K.Imam Muttaqien dipanggil ke Solo untuk mengahadap raja dengan mobilnya Bupati dan sopir bupati Magetan diikuti putranya Imam Musyid Muttaqien. Berangkat dari Takeran, di jalan raya antara Maospati dan Ngawi mobil yang ditumpangi rombongan terselip. K.Imam Muttaqien wafat dan dimakamkan di Takeran, rombongan lainnya selamat.

Pondok pesantren diteruskan oleh puteranya K.Imam Mursyid Muttaqien waktu itu masih bujang kurang lebih berumur 25 tahun. Penjajah yang masuk di kota Madiun tahun 1942 M. Waktu itu didirikan MI PSM Takeran disertai oleh kiai-kiai yang terkenal di Jawa Timur yaitu: K.H. Wahid HAsyim Tebu Ireng, K.H. Zarkasi Gontor, K.H. Wildan Sayuti Termas. Agaknya para pemuda-pemudi kita sangat haus akan pendidikan agama. Mereka berduyun-duyun masuk madrasah termasuk saya sendiri.

Entah apa Allah menakdirkan lain. pada gencar-gencarnya kita ikut merebut kemerdekaan dari penjajahan. Kejadian yang memprihatinkan, ialah pada tanggal 19 September 1948 PKI merebut kekuasaan di MAdiun dipimpin oleh tokoh PKI Muso dari Kediri. Semua alat negara dari rakyat sampai Residen, Kiai-Kiai, tokoh-tokoh pendukung negara diculik, ditangkap, diserang, terus dibunuh tanpa pengadian. Pada waktu itu saya sudah kelas III Mualimin PSM dan pada waktu itu PSM bubar. PKI bisa dihancurka setelah kita mendapat bantuan dari pasukan TNI Siliwangi dari Jawa Barat (Batalion Pimpinan Mayor Sambas). Mereka berjalan kaki dari Solo-Madiun melalui Sarangan-Ngawi-Magetan-Ponorogo. Keadaan perang melawan PKI berkecamuk dimana-mana.

Pada waktu itu Madrasa kami baru punya 3 lokal dihancurkan dan di jarah oleh PKI. Pondok madrasah PSM vakum, kiai-kiai serta tokoh-tokohnya hilang tidak karuan rimbanya. Berdirilah madrasah Banaran yang saya prakarsai dengan beberapa murid saya. Masuk sore, lama-lama masuk pagi. Pada tahun 1949 Belanda masuk Madiun. Guru-guru kami ikut bergerilya mengusir Belanda. Dalam keadaan seperti itu kami sempat orasi mebeler yang dijarah oleh PKI mendapat 3 lokal bangku.

Saya aktif di TNI selalu pindah-pindah. Pulang kampung pada tahun 1962 ganti madrasah yang bubar. Mulai tahun 1962 saya benahi Madrasah hingga sekarang. Pembaca bisa melihat sendiri keadaannya. Tidak bosan setapak demi setapak saya benahi sarana dan prasarananya. Tidak berapa lama ayah dan ibu saya wafat. Saya hidup dengan seorang istri dan enam orang anak.

Istri saya ziarah Haji pada tahun 2005 dan syahidah di Mekkah di makamkan di pemakaman Shuraya. Anak-anak saya sudah berumah tangga. Saya benar-benar hidup sebatang kara tambah lengkap penderitan saya.

Demikian sejarah singkat MI Banaran, saya mohon doa restu para pecinta agama, agar saya dan para pendukung saya tetap sehat jasmani dan rohani dalam menjalankan perjuangan kita ini. Para penerus ini bisa menjadi manusia berilmu beramal dan bertaqwa.. Aamiin

Banaran, 18 Maret 2009



mbah kung, cita-citamu kini sudah diteruskan oleh anak cucu mu.. sekarang tidak hanya MI saja, di lingkunagn rumah mbah kung terdapat MTS Bani 'Ali Mursyad, Pondok Pesantren Bani Ali Mursyad Rumah TAhfidz Al-Qur'zn yang bekerjasama dengan ust.Yusuf Mansyur.. alhamdulillah sudah dua kali mengirimkan delegasi untuk mengikuti wisuda akbar tahfidz di GBK.. Semoga mbah kung bangga dengan perjuangan anak cucu mu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar