Kamis, 29 November 2012

Tujuan Instruksional


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap negara tentu mempunyai cita-cita dan tujuan pendidikan warga negaranya. Cita-cita bangsa Indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya. Tujuan pendidikannya telah disajikan dengan cita-cita tersebut.
Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengerahkan segala kegiatan distribusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan disekolahnya bagi percepatan tujuan itu. Inilah yang disebut dengan tujuan umum pendidikan yang secara ekplisit tertera di garis-garis besar haluan negara.
Semua aparatur pemerintah termasuk petugas-petugas pendidikan harus terlebih dahulu memahami makna dari rumusan tersebut dan menerjemahkannya dalam bentuk rumusan tujuan yang sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan. Inilah yang disebut sebagai tujuan instruksional.
Semua tujuan pendirian sekolah harus berakibat atau harus berpedoman kepada tujuan umum atau tujuan pendidikan nasional yang telah disebut.
Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari penjabaran tujuan umum menjadi tujuan instruksional adalah perumusan lain telah disampaikan oleh para ahli bidang studi, sebagai penanggung jawab program kurikuler. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan untuk masing-masing bidang studi.
Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang tujuan instrumen kami akan membahas dalam makalah ini.

B.     Identifikasi Masalah
1.      Pentingnya mengetahui tujuan instruksional bagi pendidik.
2.      Ada dua macam tujuan instruksional

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa pentingnya mengetahui tuujuan instruksional bagi pendidik?
2.       Sejauh mana perlunya tujuan instruksional dalam proses pembelajaran?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan dan pengajaran itu sebenarnya berjenjang/bertingkat menurut rumusan secara formal ada beberapa sedang tujuan pendidikan.
Yakni tujuan pendidikan nasional, tujuan instruksional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional:
1.      Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat nasional.
2.      Tujuan instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat lembaga pendidikan.
3.      Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang studi.
4.      Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran, yakni tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran.
Melihat 4 macam jenjang tujuan pendidikan seperti di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan instruksional atau tujuan pengajaran akan senantiasa merupakan tujuan paling awal untuk mencapai tujuan berikutnya.
Tujuan Umum Pendidikan Nasional
 
                                               
 

Pend.
Agama
Pend. Moral Pancasila

Pend.
Olah-
raga
Bahasa
Indo-
nesia
Mate-
matika
Ilmu
Peng.
Alam
Ilmu
Peng.
Sosial
Bahasa
Inggris
dst.

TI       
Pend.
Agama
Pend. Moral Pancasila

Pend.
Olah-
raga
Bahasa
Indo-
nesia
Mate-
matika
Ilmu
Peng.
Alam
Ilmu
Peng.
Sosial
Bahasa
Inggris
dst.

TI       

                  T.kur        T.Kur          T.Kur     T.Kur      T.Kur       T.Kur     T.Kur     T.Kur    
TI        =  Tujuan Instruksional
T.Kur   = Tujuan Kurikuler
B.  Tujuan Instruksional (Instructional Objectives

1.      Defenisi Tujuan Instruksional
Materi suatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh pendidik. Proses atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi belajar mengajar atau pengajaran (instruksional). Dari perkatan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional merupakan bagaian dari pembelajaran, berbagai defenisi tujuan instruksional disampaikan oleh beberapa tokoh diantanya :
1.       Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu, 
2.       Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang tersamar (covert), 
3.       Fred Percival dan Henry Ellington (1984), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan peserta didik tertentu yang diharapkan dapat sicapai sebagai hasil belajar.
Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.
Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu:
a.       Tujuan Instruksional Umum (TIU),  yang menggariskan hasil-hasil bidang studi yang harus dicapai oleh peserta didik. 
b.      Tujuan Instruksional Khusus (TIK), yang merupakan penjabaran TIU yang menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama demi tercapainya tujuan instruksional umum. TIK dapat dibedakn menjadi dua aspek yakni: aspek jenis perilaku yang dituntut oleh peserta didik dan aspek isi yakni aspek terhadap hal yang harus dilakukan.


2.      Manfaat Tujuan Instruksional
Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari kegiatannya mengajar dengan titik pendidik kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tujuan instruksional. Adapun manfaat tujuan instruksional adalah:
  1. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode) mangajar, 
  2. Peserta didik mengetahui arah belajarnya, 
  3. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar pendidik, 
  4. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta didik, 
  5. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.

3.      Merumuskan Tujuan Instruksional
Telah disebutkan bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik setelah pengajaran,peserta didik tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan ataupun melakukannya.
Contoh:
Sebelum ada pengajaran, peserta didik belum bisa menyelesaikan proses perhitungan, sesudah dilakukan pengajaran maka peserta didik dapat menyelesaikan soal-soal perhitungan.
Dalam merumuskan tujuan instruksional ada beberapa syarat yang harus diperhatikan:
1.       Harus berpusat pada perubahan tingkah laku peserta didik, 
2.       Harus berisikan tingkah laku operasional, 
3.       Harus berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu.

4.      Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus
1.      Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984, TIU sudah ada tercantum dalam buku garis-garis besar program pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia.
Contoh-contoh rumusan untuk TIU:
ü  Memahami teori evaluasi.
ü  Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.
ü  Mengerti cara mencari validita.
ü  Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
ü  Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
ü  Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.

2.      Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.
Atas dasar semua keterangan ini, maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang. Rumusan TIK yang lengkap memuat 3 (tiga) komponen, yaitu:
1)      Tingkah laku akhir (terminal behavior).
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses belajar. Contoh:
-  Menceritakan kembali uraian pendidik
-  Menjelaskan kembali hasil bacaan dengan kalimat sendiri, dan lain-lain.

2)      Kondisi demonstrasi (conditional of demonstration or rest).
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada peserta didik pada saat pendidik mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:
-  Dengan penulisan yang betul
-  Urut dari yang paling tinggi
-  Dengan bahasa sendiri

3)      Standar keberhasilan (standard of perfomance).
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunujkkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku peserta didik pada situasi akhir. Tinggkat keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun persentase misalnya:
-  Dengan 75% betul
-  Sekurang-kurangnya 5 dari 10
-  Tanpa kesalahan

5.      Tingkah Laku Akhir
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).
Contoh:
ü  Menuliskan kalimat perintah,
ü  Mengalikan pecahan persepuluh,
ü  Menggambarkan kurva normal,
ü  Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta,
ü  Menceritakan kembali uraian guru,
ü  Dan lain-lain yang berwujud kata kerja perbuatan/operasional (Action Verb) yang dapat diamati dan diukur.

6.      Kata-Kata Operasional
1.      Kognitif
ü  Pengetahuan (knowledge). Kata-kata instruksional yang sering digunakan: Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (state), mereproduksi.
ü  Pemahaman (comprehension). Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertahankan, membedakan, menduga (estimate), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan, contoh, menuliskan kembali, menggunakan.
ü  Aplikasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasi, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
ü  Analisis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: memerinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdivides).
ü  Sintesis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekronstuksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, menceritakan.
ü  Evaluasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).

2.      Afektif
ü  Reesiving. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab.
ü  Responding. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis.
ü  Valuing. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.
ü  Organization. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintregasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, mensistesiskan.
ü  Characterization by value or value complex. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.

3.      Psikomotorik
ü  Musclar or motor skills. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakkan, menampilkan.
ü  Manipulation of materials or objects. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
ü  Neuromusclar coordination. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng,  memotong, menarik, memasang, menarik, menggunakan.

Kata-kata yang telah disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan tujuan instruksional khusus bagi peserta didik  yang belajar, sehingga rumusan seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan, sebagai berikut.
1.      Peserta didik dapat menghafal ibu kota negara bagian Jerman.
2.      Peserta didik dapat menunjukkan letak ibu kota negara bagian Jerman.
3.      Peserta didik dapat membuat kalimat dalam Bahasa Jerman.

7.      Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik mendemonstrasikan tingkah laku akhir.
Standar keberhasilan adalah kelompok TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang di tuntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tingkat keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun prsentase, misalnya:
1.      Dengan 75% betul.
2.      Sekurang-kurangnya 5 dari 10.
3.      Tanpa kesalahan.
Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum di jelaskan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar pendidik di haruskan memperhatikan pula keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini di sebut dengan istilah pendekatan keterampilan proses. Keterampilan-keterampilan di maksud meliputi keterampilan dalam hal.
a.       Mengamati.
b.      Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan.
c.       Merabalkan.
d.      Menerapkan konsep.
e.       Merencanakan penelitian.
f.       Melaksanakan penelitian.
g.      Mengkomunikasikan hasil penemuan.
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka pendidik dalam merumuskan tujuan instruksional khusus harus mengandung apa yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.
Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan:
a.       Materi yang dipelajari.
b.      Perilaku mengutarakan hasil.
c.       Proses pencapaiannya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tujuan instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran.
Tujuan instruksional ada dua macam yaitu:
1.      Tujuan instruksional umum (TIU), adalah hasil belajar peserta didik setelah selesai belajar dan dirumuskan dengan suatu pernyataan yang bersifat umum.
2.      Tujuan instruksional khusus (TIK), adalah penjabaran-penjabaran dari tujuan umum.

            Bekerja tanpa  diketahui arahnya sama halnya dengan berlayar tanpa diketahui arah tujuannya maka tujuan instruksional sangat berguna bagi pendidik karena di antaranya:
1.      Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode) mangajar. 
2.      Peserta didik mengetahui arah belajarnya, 
3.      Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar pendidik. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta didik. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.

B.     Saran
Sebaiknya setiap pendidik harus mempunyai dan membuat tujuan serta sasaran pembelajaran dengan memperhatikan syarat  dan pokok-pokok yang harus dipahami sehingga proses pengajaran dapat terarah ketujuan yang ingin dicapai.



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
GHOST RAIDER. 2009. diakses dari http://mardoto.com/2008/12/15/tingkatan-tujuan-instruksional-pendidikan/ . pada hari Kamis11 Oktober 2012 pukul 11:48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar